| Keterangan |
: Penelitian ini mengkaji keberlanjutan sistem ketahanan pangan masyarakat adat di Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi, yang sejak 1918 secara konsisten menjadikan singkong sebagai pangan pokok. Di tengah tekanan modernisasi, seperti perubahan pola konsumsi, ekspansi pasar, dan masuknya teknologi baru, masyarakat tetap mempertahankan sistem pangan lokal yang berbasis nilai-nilai adat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendukung keberlanjutan sistem tersebut dan respons adaptasi yang dilakukan masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumenter. Analisis dilakukan melalui deductive coding berdasarkan kerangka ketahanan pangan dan adaptasi komunitas lokal. Informan terdiri dari tokoh adat, petani, pelaku UMKM, dan aktor pendukung lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlanjutan sistem pangan didukung oleh ketahanan ekologi, sosial, dan ekonomi. Secara ekologis, praktik tumpangsari, rotasi lahan, pupuk organik, dan pelestarian benih lokal terus dijalankan. Ketahanan sosial diperkuat oleh nilai adat, pembagian peran dalam pertanian, dan identitas konsumsi singkong. Sementara secara ekonomi, masyarakat mengembangkan usaha berbasis singkong dan wisata edukatif. Dalam merespons perubahan, masyarakat menjalankan adaptasi selektif. Nilai-nilai budaya diwariskan kepada generasi muda, diversifikasi ekonomi dengan pengembangan UMKM, citra budaya dikembangkan melalui media dan wisata budaya, dan teknologi digunakan secara kolektif. Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pangan adat tetap relevan dan dapat dijadikan benchmark bagi komunitas adat lainnya dalam melestarikan budaya berbasis lokal di tengah modernisasi dan membuka ruang bagi kebijakan yang lebih adaptif terhadap realitas budaya masyarakat adat. |