| Keterangan |
: Urbanisasi yang pesat dan konversi lahan di Kota Bandung telah meningkatkan kerentanan terhadap bencana banjir, sementara efektivitas Rencana Tata Ruang (RTR) dalam mitigasi risiko masih dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi probabilitas bahaya banjir dengan menganalisis dinamika probabilitas banjir secara historis (2014-2025) dan proyeksi masa depan (2035), serta mengevaluasi implikasi dari implementasi RTR. Menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini menerapkan model pembelajaran mesin, khususnya Gradient Boosting Machines (GBM), yang dilatih menggunakan data empiris kejadian banjir dari citra satelit serta parameter morfologi, tutupan lahan, dan meteorologi. Kebaruan studi ini terletak pada integrasi data kejadian historis ke dalam kerangka evaluasi kuantitatif untuk mengukur dampak kebijakan tata ruang terhadap risiko bencana di tengah perubahan iklim. Hasil analisis menunjukkan adanya pergeseran episentrum banjir dari wilayah timur kota pada tahun 2014 (Kecamatan Gedebage, Rancasari, Buahbatu) ke wilayah selatan pada tahun 2025 (Kecamatan Bandung Kidul, Buahbatu, Rancasari). Proyeksi untuk tahun 2035, baik dalam skenario iklim moderat (SSP2-4.5) maupun kritis (SSP5-8.5), secara konsisten mengidentifikasi Kecamatan Gedebage sebagai area paling kritis. Temuan paling signifikan adalah proyeksi bahwa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bandung 2024-2044 justru menghasilkan luasan area dengan probabilitas banjir kritis (>90%) yang paling besar dibandingkan skenario lain. Kesimpulan ini menggarisbawahi adanya ketidakselarasan antara arah pengembangan kota dengan upaya mitigasi bencana, serta menegaskan bahwa pendekatan berbasis data dapat menjadi instrumen evaluasi kebijakan yang krusial untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adaptif dan tangguh. |