Keterangan |
: Pencemaran udara ambien merupakan salah satu masalah yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat secara global. Parameter pencemar udara, khususnya debu (PM10 dan PM2.5) merupakan salah satu yang memiliki kontribusi besar terhadap kesehatan. Konsentrasi debu tersebut akan memengaruhi kesehatan masyarakat terutama gangguan sistem pernapasan jangka pendek, seperti batuk, pilek, sesak napas, dan lain-la. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi debu, di Kabupaten Bandung serta risikonya terhadap kesehatan masyarakat setempat. Pengukuran konsentrasi debu ini dilakukan selama 3 periode waktu (pagi, siang, dan sore hari) pada 3 kecamatan berbeda berdasarkan perbedaan tata guna lahannya, yaitu sektor pertanian, sektor industri, dan sektor permukiman. Data kesehatan masyarakat diperoleh berdasarkan kuesioner terhadap persepsi gangguan sistem pernapasan yang diderita masyarakat. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan melalui perhitungan odds ratio. Hasil pengukuran konsentrasi debu diperoleh bahwa konsentrasi PM2.5 dan PM10 secara berurutan dari yang paling tinggi adalah sektor industri, sektor pertanian, dan sektor permukiman. Pada sektor industri diperoleh PM2.5 dan PM10 yang melebihi baku mutu, sedangkan untuk sektor pertanian dan sektor permukiman masih memenuhi. Analisis korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara konsentrasi PM2.5 dan PM10 terhadap persepsi gejala gangguan sistem pernapasan berdasarkan kuesioner (batuk, pilek, sesak napas, sakit kepala). Analisis komparatif diperoleh perbedaan yang signifikan antara konsentrasi debu di satu sektor dengan sektor lainnya. Berdasarkan analisis risiko diperoleh bahwa konsentrasi PM2.5 dan PM10 meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan sistem pernapasan sebesar 1,175 kali. |